Semangatnya Masih 90%!!!!

"Mengapa Kalian ingin jadi Bantara?"
Selalu itu pertanyaan yang kami dengar di awal-awal menjadi CABA (calon bantara). Pertanyaan yang mudah sebenarnya, karna itu menyangkut diri kami pribadi. Tapi entahlah, lidah ini terlalu sulit mengungkapkan satu alasan yang masuk akal untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Ya, sesulit itu pula lah tahap dan proses kami untuk menjadi seorang Bantara sejati yang bisa diandalkan di manapun, dan kapanpun. Mulai dari tahap paling awal MPP(Masa Penghayatan Penggalang) yang dilaksanakan selama tiga hari pada tanggal 16 - 18 Juli 2010, Kemudian tahap kedua adalah Pembayatan selama dua hari pada tanggal 27-28 November 2010 dan ketiga yang baru saja kami jalani yaitu Pemantapan selama tiga hari pada tanggal 27-29 Desember 2010.

-Pembayatan
Tahap kedua usai MPP yang tidak kami ceritakan disini. Karna di MPP kami menjalankannya bersama seluruh siswa SMK N 1 Purbalingga. Sementara CABA belum terbentuk tentunya.
Pembayatan itu sendiri dilaksanakan pada tanggal 27-28 November 2010 dua hari satu malam yang berlokasi di sekolah. Pada saat itu, jumlah CABA yang mengikuti kegiatan Pembayatan adalah 74 siswa kelas X. Meskipun menurut kakak Bantara ini merupakan tahap kedua setelah MPP, namun bagi kami Pembayatan adalah awal pembuktian diri kami bahwa kami siap menjadi Bantara dan melangkah menuju Pemantapan yang berakhir di Pelantikan.
Kegiatan di pembayatan cukup menguras tenaga ekstra. Disana, kami benar-benar digembleng terutama pada kekuatan fisik dan mental. Namun, pengisian materi oleh kakak Alumnus juga membuktikan bahwa menjadi seorang Bantara tak hanya kuat fisik dan mental tapi kecerdasan otakmerupakan hal mutlak yang juga harus dimiliki seorang Bantara.
Usai pengisian materi, malam hari (entah pukul berapa) kegiatan inti pembayatan dimulai. Memakai pakaian hitam serba hitam serta membawa SKU dan alat tulis kami siap melewati tujuh pos dan menyelesaikan 250 push-up untuk putri dan 350 push-up untuk putra. Pembagian kelompok atau sangga dibagi dengan metode hitung per-A 1 sampai 7.
Perjalanan dimulai, dengan susah payah kami mencoba menjawab pertanyaan dari kakak Bantara, menempuh perjalanan yang tentu tidak dekat, saling menjaga dan melindungi anggota sangga yang lain membuat keteguhan kami timbul "SAYA HARUS JADI BANTARA". Keyakinan yang kami pupuk di tengah malam gelap, keyakinan yang terbentuk disaat kami membutuhkan semangat.
Hingga tibalah pada saat pencarian beluluk berstample Gerakan Pramuka. Mencari dalam gelap dan dengan kondisi fisik yang hampir ambruk bukanlah perkara mudah. Tapi kami tak ingin menyerah pada keadaan.

Pagi harinya setelah adventure, kami mengganti pakaian hitam yang basah dan berlumpur dengan baju olahraga (tanpa mandi). Sedikit melakukan gerakan-gerkan ringan pada senam, berhasil membuat lelah agak berkurang. Tapi kami harus tetap terjaga dan semangat. Meskipun sejak malam push-up yang kami lakukan lebih dari ketentuan (250 dan 350 push-up) karena ditambah konsekuensi apabila melakukan kesalahan.
Kruyuk... Kruyuk....! Eh, itu bunyi perut kami! Kami memang terakhir makan semalam dengan lauk tempe kering dan dimakan secara bebarengan, Ah, tak masalah justru itu lebih nikmat. Berbagi, berbagi dan berbagi. itulah kami.
Pahit! Padahal kami lapar, tapi kenapa malah disuruh minum air Brantawali sih? Ya, itulah kehidupan. Sebelum merasakan nikmat kita harus mencicipi pahitnya dulu. Dan brantawali itu sendiri memiliki manfaat mencegah masuk angin. Sangat berguna bagi kami yang semalam suntuk tidak tidur, kedinginan melewati sungai, diterpa angin malam dan lelah berjalan dari satu pos ke pos lain yang jaraknya cukup jauh. Akhirnya kami makan, nasi bungkus dengan telur dan sayur. Disini, Kami diberi kesempatan makan sendiri-sendiri searta harus habis! Tidak boleh ada satu butir nasi pun yang tersisa.
Saat-saat inilah yang membuat kami takut, sedih dan marah. Ternyata beluluk yang berstample Gerakan Pramuka itu adalah tiket kami menuju pemantapan. Tapi apa? yang mendapat hanya 22 orang anak dan itu berarti sisanya gugur? Tidak! Tidak boleh! Kami berjuang bersama, masa hanya gara-gara beluluk teman-teman kami tidak bisa ikut pemantapan? itu tidak adil!
Kami akan lakukan apapun, terutama protes kepada kepada ketua pembayatan (kak Basirudin) agar kebijakan ini dihilangkan. Baiklah, harus kami akui bahwa saat itu kami menangis. Kami tidak mau kehilangan sahabat-sahabat kami.
Namun, sebuah kejutan diberikan kakak Bantara kepada kami. Saat barisan kami kembali bergabung, tiba-tiba ucapan ka Dwi Setianingsih membuat tangis kami mereda. "SEMUA IKUT DI PEMANTAPAN!!!" Kata-kata yang pertama kali sulit kami cerna karna masih diliputi perasaan sedih dan kecewa. Dan saat kami sadar apa maksud dari perkataan tersebut tangis kami berganti menjadi tangis kegembiraan dan tertawa atas surprise konyol tersebut.
"Dengan ditutupnya pusaka Ambalan Jendral Achmad Yani-Raden Ajeng Kartini, maka ditutuplah masa Pembayatan Calon Bantara SMK Negeri 1 Purbalingga tahun 2010"
Dan dengan itu pula, kami pulang membawa amanat lagi yang harus dibawa di pemantapan Biji pisang klutuk, pisang klutuk yang masih mentah, beluluk bagi yang mendapatkannya dan terpenting, pita hijau yang harus dipakai di pundak tiap kali pertemuan.
-Pemantapan
Kecamatan Karangmoncol, Lapangan Tunjungmuli. Adalah lokasi kami tahap selanjutnya untuk menjadi Bantara. Pemantapan. Tanggal 27-29 Desember 2010 menjadi saksi perjuangan kami lagi yang belum terhenti sampai di pembayatan. dengan jumlah caba, 64 siswa kelas X.
Perjalanan yang jauh dan melelahkan. Di awal keberangkatan saja kami sudah harus berjalan naik-turun menuju lokasi dengan membawa tas yang tidak bisa dibilang enteng. Disini kebersamaan kami benar-benar diperlukan untuk membawa perkap tenda dan kawan-kawan.
Di hari pertama, hujan seperti ingin menyapa kami dan ingin mengucapkan selamat datang pada masa Pemantapan. Di sore hari yang dingin, diguyur hujan deras kami di tengah lapangan menentang hujan membuktikan bahwa kami tidak takut hujan, tidak takut dingin. Menyaksikan secara langsung keagungan Yang Maha Kuasa dengan pemandangan nan indah dengan taburan hujan yang nampak kecil bahkan tak terlihat. "SAYA BERJANJI, SAYA AKAN MEMAJUKAN PRAMUKA SMK NEGERI 1 PURBALINGGA. SANKAR...JAYA!!!"
Malam merangkak naik. Mambawa hawa dingin dan lelah manjadi satu. Berhubung kondisi tenda tidak memungkinkan untuk ditempati, maka kami melanjutkan acara di SD N 2 Tunjungmuli. Tak lupa sholat, makan malam dan evaluasi kegiatan selama satu hari tersebut serta tak lupa pengisian materi.
Kebersamaan yang mencoba kami bangun di awa Pemantapan ini, ternyata belum mampu membuat kakak Bantara puas. Kami sendiri mengakui bahwa masih banyak kekurangan yang harus dibenahi, Hingga akhirnya, kami harus menyebutkan 34 janji calon Bantara yang lebih baik.
Terlelap sejenak usai evaluasi cukup untuk memulihkan tenaga kami guna mempersiapkan kegiatan di hari berikutnya. Sedikit mimpi indah dan semangat dalam hati bahwa kami bisa jadi Bantara, sanggup mengusir lelah dan rindu rumah yang seharusnya tidak kami rasakan.
Masih dalam keadaan mengantuk dan setengah terjaga, kami dibangunkan untuk melaksanakan sholat Tahajjud. Sebelumnya, Kami pandangi langit hitam nan kelam yang disana bertabur bintang. Sekali lagi, kami mengagungkan Yang Maha Segalanya. Allah swt.
Pagi. Matahari terbit dengan terangnya. Membawa secercah cahaya harapan lagi bagi kami untuk menepati 34 janji Calon Bantara. Kembali pada semangat pagi kami yang harus selalu membara. Meskipun letih tetap mendera, tapi kami selalu yakin bahwa kami pasti akan membawa apa yang kami harapkan.
Hari kedua ini merupakan pembuktian fisik, mental serta kepintaran kami. Wide game. itulah nama permainan yang kami laksanakan. Sembilan sangga meluncur menuju medan yang tentunya lebih berat dari MPP bahkan Pembayatan. Menaiki bukit, menuruni lembah curm nan licin, melewati sungai yang deras, menembus rimba dan tak lupa memakan brantawali serta daun pepaya. kami lewati 8 pos dengan penuh keyakinan, semangat dan rasa kebersamaan yang harus lebih kami tingkatkan.
425 push-up untuk putri dan 525 push-up untuk putra menambah panjang cerita kami dalam melalui 8 pos tersebut.
Perjalanan jauh dan medan yang tak biasa kami nikmati dengan pemandangan indah di kanan-kiri.
Hingga pos 8, keyakinan dalam diri kami tertuangkan dengan teriakan-teriakan "KAMI PANTAS JADI BANTARA... KAMI PANTAS JADI BANTARA... KAMI PANTAS JADI BANTARA!!!"
Di tanah lapang yang luas, di tanah lapang yang sepi. Hanya ada kami, kakak Bantara yang menyaksikan teriakan kami dan keyakinan kami serta Tuhan yang selalu menyaksikan apa yang kami lakukan.
(by : Khusnul Maulani - X TKJ 2) -dikutip dengan beberapa perubahan.

0 komentar:

Post a Comment